Sabtu, 15 Oktober 2011
Persiapan Puskesmas Kedu Dalam Rangka Kegiatan Imunisasi Tambahan Polio dan Reduksi Campak Tahun 2011
Imunisasi Tambahan Polio dan Campak Digelar di 17 Provinsi
Kementerian Kesehatan (Kemkes) akan menggelar imunisasi tambahan untuk polio dan campak di 17 provinsi pada 18 Oktober hingga 18 November 2011 mendatang. Semua anak usia 9-59 bulan akan mendapatkan imunisasi campak dan anak usia 0-59 bulan untuk imunisasi polio, tanpa melihat status imunisasi sebelumnya.
Direktur Surveilens, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Kemkes dr Andi Muhadir mengatakan, pelaksanaan imunisasi tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan terhadap seluruh bayi/anak dari penyakit campak serta polio.
Pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan serentak dengan target minimal 95% bayi/anak mendapat imunisasi secara maksimal. Jumlah sasaran untuk polio (0-59 bulan) adalah sebanyak 15,2 juta anak, dan campak sekitar 13,1 juta anak.
Ketujuh belas provinsi tersebut, adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Papua.
Kegiatan ini merupakan tahap ketiga dari rangkaian kampanye imunisasi campak, yang dilaksanakan secara bertahap sejak Juni 2009 di Aceh, Sumatera Utara dan Maluku Utara. Kemudian tahap kedua pada Agustus 2010 dilaksanakan di Papua Barat, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung, NTT, Riau, Banten, Jambi dan Sumatera Selatan.
Imunisasi akan diberikan di pos-pos pelayanan imunisasi yang ditentukan dan diberi tanda khusus yakni puskesmas, posyandu atau sarana kesehatan lainnya, serta dilakukan petugas terlatih.
"Kegiatan imunisasi ini relatif efektif pada dua minggu pertama, kemudian dua minggu terakhir kita melakukan sweeping. Jadi kalau masih ada bayi dan balita yang belum diberikan imunisasi maka kader bersama petugas kesehatan akan lakukan sweeping agar diberikan imunisasi," katanya dalam acara temu media di Jakarta, Jumat (23/9).
Ia menambahkan, kegiatan yang didanai dari berbagai sumber yakni APBN, APBD dan bantuan luar negeri ini tidak sebesar Pekan Imunisasi Nasional (PIN), namun diharapkan sosialisasinya harus segencar PIN. Hingga saat ini sejumlah daerah sudah menyosialisasikan kegiatan ini kepada masyarakat mengenai kampanye ini.
Sementara itu Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Soedjatmiko mengatakan, campak adalah penyakit yang potensial untuk menimbulkan kejadian luar biasa. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak.
Sebelum imunisasi campak dipergunakan secara luas di dunia hampir setiap anak dapat terinfeksi campak. Kasus campak dengan komplikasi, misalnya gizi buruk atau pnemonia akan berisiko pada kematian.
Secara global tahun 2008 tercatat 164.000 kematian campak di dunia, dengan 450 kematian setiap hari atau 18 kematian setiap jam. Diketahui tahun 2002 sebanyak 202.000 kematian berasal dari negara ASEAN, dan 15% dari Indonesia.
Diperkirakan 30.000 anak Indonesia meninggal tiap tahunnya disebabkan komplikasi campak. Dengan kata lain terjadi 1 anak meninggal tiap 20 menit dan setiap tahunnya lebih dari 1 juta anak Indonesia belum terimunisasi campak.
Persiapan Puskesmas Kedu
Sosialisasi kegiatan tersebut di tingkat Kabupaten dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung pada hari Sabtu,8 Oktober 2011. Sedangkan sosialisasi di tingkat Kecamatan Kedu baru dilaksanakan pada hari ini, Sabtu, 15 Oktober 2011.
Bertempat di Aula Puskesmas Kedu, Sosialisasi kegiatan imunisasi tambahan polio dan reduksi campak dihadiri Camat Kedu, PKK Desa dan Kader Kesehatan Desa. Semua pihak sepakat untuk mensukseskan kegiatan tersebut dengan target minimal yang akan dicapai sebesar 95 %.
Senin, 20 Juni 2011
Pelayanan Laboratorium Puskesmas Kedu
Pemanfaatan Simpus Kedu V.1.2 telah dikembangkan, selain untuk rekapitulasi dan analisa data Pasien Rawat Jalan, juga digunakan untuk rekapitulasi dan analisa data pelayanan Laboratorium.
Berdasarkan data yang ada, sampai dengan tulisan ini dibuat (20 Juni 2011) tercatat 880 kunjungan Laboratorium terdiri dari 707 kunjungan (80,3 %) Perempuan dan 173 kunjungan (19,7 %) Laki-Laki. Tingginya kunjungan Perempuan salah satunya disebabkan karena adanya jenis pemeriksaan yang hanya khusus untuk Perempuan yaitu Pemeriksaan Kehamilan yang mencapai 268 Pemeriksaan. Selain itu juga sebanding dengan proporsi kujungan Puskesmas yang didominasi oleh Perempuan (62,8 %).
Dari 880 kunjungan Laboratorium, Puskesmas Kedu melayani 1.359 pemeriksaan Laboratorium, dengan jenis pemeriksaan terbanyak adalah Test Kehamilan, diikuti pemeriksaan Gula Darah, Cholesterol, Asam Urat dan Golongan Darah.
Peralatan yang belum memadai, tidak adanya kalibrasi alat Laboratorium, keterbatasan reagensia dan kurangnya pembinaan Petugas laboratorium menjadi kendala dalam pelayanan Laboratorium Puskesmas Kedu.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Laboratorium Puskesmas Kedu berusaha dengan sekuat tenaga memanfaatkan segala fasilitas, saran dan prasarana yang ada agar pelayanan kepada masyarakat dapat dilaksanakan dengan seoptimal mungkin.
Kamis, 16 Juni 2011
Pneumonia di Puskesmas Kedu
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak.
Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.
Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
Pneumonia di Puskesmas Kedu :
Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kedu pada tahun 2011 sebanyak 55.796 jiwa dan perkiraan jumlah Balita sebanyak 5.580 Balita dengan estimasi jumlah penderita Pneumonia sebanyak 558 Balita.
Menurut data yang diolah Software Simpus Kedu V.1.2 dari bulan Januari – 16 Juni 2011 telah ditemukan penderita Pneumonia pada Balita sebanyak 5 Balita (0,01%), tidak ditemukan Balita dengan Pneumonia berat atau sangat berat dan jumlah Balita dengan batuk bukan pneumonia sebanyak 725 Balita. Adapun pola penyakitnya adalah sebagai berikut :
No. | Jenis Penyakit | Jumlah |
1 | Influenza | 571 |
2 | Faringitis Akut | 186 |
3 | Diare Non Spesifik | 152 |
4 | Dermatitis Atopik | 96 |
5 | Observasi Febris | 80 |
6 | Pioderma | 49 |
7 | Konjungtivitis Bakterial | 29 |
8 | Bronkhitis Akut | 28 |
9 | Stomatitis | 27 |
10 | Otitis Media Akut ( OMA ) | 15 |
Data tersebut diperolah dari Balita yang berobat ke Puskesmas Kedu beserta jaringannya yaitu Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Pos Kesehatan Desa / PKD / Polindes dan Posyandu, tidak termasuk Balita yang berobat ke Dokter Praktek Swasta dan Rumah Sakit.
Rendahnya cakupan penemuan penderita Pneumonia di Puskesmas Kedu pada semester pertama (Januari-Juni) Tahun 2011 sebesar 0,01 % dari target semester pertama sebesar 5 %, perlu di atasi dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Penyegaran Program Pemberantasan Penyakit Pneumonia bagi Petugas Kesehatan
2. Penyegaran Program Pemberantasan Penyakit Pneumonia bagi Kader Kesehatan
3. Peningkatan kualitas system pencatatan dan pelaporan Penyakit Pneumonia
Dengan kegiatan tersebut diharapkan semua penderita Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Kedu dapat ditemukan secara dini dan cepat diatasi, sehingga angka kematian Balita akibat Penyakit Pneumonia dapat diturunkan.
Selasa, 31 Mei 2011
Puskesmas Kedu Sebagai Puskesmas Santun Usila
Keadaan ini menjadi pemandangan yang lazim ditemui setiap harinya, khususnya pada hari Senin yang merupakan kunjungan terbanyak dibandingkan dengan hari – hari lainnya.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, Puskesmas Kedu melakukan beberapa kegiatan, diantaranya dengan menambah jumlah kursi di Ruang Tunggu dengan memanfaatkan kursi yang biasa dipakai di Ruang Pertemuan, menambah tenaga di Loket Pendaftaran dan memberikan fasilitas khusus kepada pengunjung Usia Lanjut.
Program Pelayanan Usia Lanjut membagi Usia lanjut menjadi 2 (dua) kelompok umur yaitu Pra Usila dengan umur 45 – 59 tahun dan Usila dengan umur ≥ 60 tahun. Perhatian khusus diberikan pada kelompok Usia Lanjut dengan umur ≥ 60 tahun karena pada kelompok umur ini biasanya mempunyai kondisi fisik yang lemah dan memerlukan penanganan khusus.
Pemberian fasilitas khusus kepada Pengunjung Usia Lanjut ini di terapkan melalui kegiatan yang disebut Puskesmas Santun Usila yang berarti bahwa Puskesmas Kedu akan memberikan fasilitas khusus kepada Pengunjung Usia Lanjut mulai dari pendaftaran yang tidak antri dengan pengunjung lain, pemeriksaan kesehatan di ruang khusus dan pelayanan obat yang tidak antri dengan pengunjung lain.
Berdasarkan data hasil rekapitulasi Software Simpus Kedu V.1.2 bulan Januari – Mei 2011, kunjungan Usia Lanjut baik yang Pra Usila maupun Usila di Puskesmas Kedu beserta seluruh jaringannya tercatat 3.290 Kunjungan atau 29,5 % dari seluruh kunjungan yang berjumlah 11.145 kunjungan. Sedangkan kunjungan Usia Lanjut sendiri (usia ≥ 60 tahun) tercatat 1.469 kunjungan atau 13,2 % dari seluruh kunjungan.
Dari hasil rekapitulasi Software tersebut juga didapatkan data pola penyakit Usia Lanjut yang ditangani Puskesmas Kedu untuk 25 jenis penyakit terbanyak adalah sebagai berikut :
No. | Jenis Penyakit | Pra Usila | Usila | Semua Usila |
1 | Hipertensi | 237 | 326 | 563 |
2 | Influenza | 241 | 154 | 395 |
3 | Gastritis | 190 | 123 | 313 |
4 | Artritis | 126 | 110 | 236 |
5 | Neuromyalgia | 102 | 87 | 189 |
6 | Observasi sakit kepala | 93 | 65 | 158 |
7 | Diabetes Melitus | 52 | 89 | 141 |
8 | Dermatitis Atopik | 77 | 54 | 131 |
9 | Faringitis Akut | 51 | 48 | 99 |
10 | Bronkitis Akut | 36 | 42 | 78 |
11 | Asma Bronkiale | 24 | 35 | 59 |
12 | Gangren Pulpa | 33 | 11 | 44 |
13 | Diare Non Spesifik | 24 | 18 | 42 |
14 | Gout | 26 | 14 | 40 |
15 | Konjungtivitis Bakterial | 22 | 13 | 35 |
16 | Gagal Jantung (Dekompensasio Kordis) | 11 | 21 | 32 |
17 | Abses Gigi | 23 | 6 | 29 |
18 | Anemia | 19 | 10 | 29 |
19 | Periodontitis | 24 | 5 | 29 |
20 | Vulnus | 18 | 8 | 26 |
21 | Dermatomikosis | 15 | 10 | 25 |
22 | Angina Pectoris | 13 | 11 | 24 |
23 | Observasi Febris | 17 | 4 | 21 |
24 | Karies Gigi | 17 | 3 | 20 |
25 | Vertigo | 13 | 7 | 20 |
Dari data tersebut, penyakit degenerative lebih dominan dari penyakit infeksi dan pola ini berbeda dengan pola penyakit pada kelompok umur yang lain yang lebih didominasi oleh penyakit infeksi. Kondisi ini tentu memerlukan penanganan yang berbeda dengan kelompok umur lain.
Pelaksanaan Puskesmas Kedu Santun Usila selain memberikan fasilitas khusus kepada Usia Lanjut dalam hal pelayanan juga akan diimbangi dengan pelayanan khusus dalam penanganan penyakitnya. Semoga kegiatan ini akan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat khususnya Usia Lanjut yang berkunjung ke Puskesmas Kedu.
“Monggo pinarak rumiyin.. punapa ingkang saged kawula bantu kagem Bapak / Ibu / Mbah.. “